Wednesday, April 15, 2015

Mujahid Peradaban

Oleh: Hanapi
Mahasiswa UMY, Tinggal di Jogja

Peradaban adalah bukti bahwa suatu tempat pernah ditempati oleh orang-orang yang memiliki tujuan yang sama untuk membangun kekuatan dan kesejahteraan, di dalam peradaban ada penduduk dengan jenis gender yang berbeda seperti laki-laki dan perempuan, peradaban yang maju tidak lepas dari peran perempuan dalam membangun peradabannya, di zaman jahiliyah perempuan dianggap rendah derajatnya terbukti dengan banyak penolakan terhadap lahirnya anak perempuan, setiap zaman mempengaruhi kondisi perempuan, dalam kondisi masyarakat yang jahiliyah perempuan hanya seseorang yang lemah, aliran feminisme yang merupakan aliran untuk memperjuangkan hak-hak perempuan baik dalam berbagai bidang seperti bidang politik, pekerjaan, ekonomi dan sosial, Feminisme adalah perjuangan untuk mengakhiri penindasan terhadap perempuan[1], sebenarnya perjuangan untuk mengakhiri penindasan terhadap perempuan telah dilakukan oleh pemimpin terbaik dunia yakni Rasulullah yang membawa agama islam tanpa perbedaan sedikitpun, dalam ajaran islam tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, islam datang menghapus berbagai sistem kasta yang ada, masyarakat yang struktur sosialnya feodal menuju masyarakat yang strukturnya islami, di zaman kejayaan islam pada masa Rasulullah dan Para Sahabat perempuan memainkan peran dan fungsi yang begitu penting, seperti contohnya Hafsyah anak Umar bin Khatab yang mendapatkan kepercayaan untuk mengumpulkan tulisan Al-Qur’an dengan berbagai pelepah kurma, daun kurma dan lainnya, yang tidak kalah lagi anak Abu Bakar Shiddiq yakni Aisyah yang menguasai ilmu Hadist dan Fiqih yang banyak dijadikan sumber untuk membuat kitab Hadist, Aisyahpun mengajarkan ilmunya kepada masyarakat sehingga cahaya Tauhid hidup pada zamannya, Istri-istri Rasulullah adalah perempuan yang hebat yang bisa mengatur rumah tangga dan bisa memberikan kontribusi untuk umatnya.

           Aliran Feminisme berkembang dengan pesat dengan berbagai tuntutan yang dengan terbuktinya, kekuatan-kekuatan yang muncul setiap waktu menunjukkan bahwa tiap waktu tuntutan perempuan semakin berbeda dengan terbuktinya adanya “Gelombang-gelombang Feminisme” gelombang ini sangat dipengaruhi oleh kondisi budaya dan ideologi yang dianut oleh masyarakat suatu Negara, Perjuangan kaum perempuan dalam menuntut haknya banyak bertentangan dengan nilai-nilai islam seperti pada tahun 1970 di inggris aliran feminisme kanan dan kiri bersatu, mereka menuntut yaitu: Pertama, Persamaan Upah, Kedua, Persamaan pendidikan, Ketiga, Kesempatan Kerja, Keempat, Penitipan Anak Gratis 24 Jam, Kelima, Alat kontrasepsi gratis, Keenam, Aborsi sesuai kebutuhan.[2] Tuntutan ini menunjukkan bahwa perjuangan terhadap hak tidak memperhatikan nilai yang hakiki yakni nilai Tuhan, Feminisme yang berkembang di Negara yang penduduknya banyak mayoritas bukan muslim.
  
            maka tuntutannya banyak bertentangan dengan islam hal ini disebabkan ideologi, budaya masyarakat yang berbeda, tuntutan tentang Aborsi sesuai kebutuhan bukan hanya tuntutan yang enam diatas bahkan ada “tuntutan hubungan sejenis antara perempuan”, kebebasan  menunjukkan nilai kebenaran yang baik dilupakan oleh masyarakatnya, perjuangan akan tuntutan hak-hak perempuan harus sesuai dengan syariat islam itulah Feminisme Syariat yang berjuang atas kebaikan bersama, Perempuan memiliki peran yang penting dalam islam karena perempuan berperan dalam melahirkan Mujahid-Mujahid dan Syuhada peradaban islam, di dalam islam perempuan harus memiliki pemahaman agama yang baik dan cerdas dalam intelektual karena secara sosiologi anak mendapat pendidikan pertama kali dari lembaga keluarga, disana terjadi proses transfer nilai kemanusian sehingga karakter anak bisa terbentuk, islampun tidak melarang perempuan untuk bekerja, selama ia mampu menjalankan tugasnya secara bersamaan, yang menjadi permasalahan di abad modern adalah perempuan menuntut haknya namun melepaskan tanggungjawabnya yang begitu penting dalam melahirkan pemimpin terbaik yang adil, “mampu menegakkan syariat tanpa melanggar syariat”. Tuntutan yang tidak bertanggungjawab dan tidak rasional seperti penitipan anak gratis 24 jam juga menunjukkan tuntutan hanya sebatas pemenuhan hak tanpa mengerti hakikat fungsi sebagai perempuan, pentingnya Feminisme Syariat sebagai wujud membangun kesetaraan gender yang benar-benar terwujud nyata tanpa kontraversi.



[1] Jenaiti dan Groves (dalam), Ni Komang Arie Suwastini, 2013, Perkembangan Feminisme Barat dari Abad ke Delapan Belas hingga Postfeminisme: Sebuah Tinjauan Teoritis, Ilmu Sosial dan Humaniora, 2 (1): 199).
[2] The British National  Women‟s  Liberation  Conference (1970), Ibid,. 201

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK