Thursday, November 12, 2015

#‎ManusiaNONmanusia‬


IGN

Apa perbedaan manusia dengan yang nonmanusia? Percakapan filosofis yang paling penting untuk kita mengerti hari hari akhir bumi ini. Kenapa penting? Bukankah itu sudah basi? Kenyataannya manusialah yang merusak segalanya. Iya segala galanya.

51% manusia baik dapatkah mencegah keburukan yang ditimpahkan oleh 49% manusia tidak baik? Atau extreemily 99% manusia atau rakyat baik dapatkan mencegah kerusakan yang disebabkan oleh 1% kapitalis jahat si sebuah kota atau negara.
Secara matematis itu tak bisa menjelaskan YES or NO. Jadi kita perlu lagi memahamkan keadaan sejatinya apa yang membedakan manusia dengan non manusia.

Salah satu pembeda terbesar antara manusia dan manusia adalah bahwa non manusia itu 100% mengikuti kodrat sebagai " makluk" non-manusia yang setiap gerak atau diamnya itu tidak menimbulkan "kerusakan". Ini tentu perlu penjelasan. Konstruksi benda non-manusia itu merusak adalah karena diukur dari kebutuhan dan "order" manusia bukan kehendak kesetimbangan alam semesta. Diam dan geraknya non-manusia sejatinya tak dapat dialamatkan kesalahan padanya.

Non-manusia itu selalu memberi dan memberi tak pernah meminta apalagi merebut paksa. Sebaliknya, diamnya manusia itu dapat menimbulkan kerusakan, dan gerak nafsunya itu mengundang bencana besar baik bagi manusia dan atau bagi kelas non manusia. Inilah sebabnya silent majority itu sangat mengerikan.
Dari penjelasan ini kemudian kita bisa paham pasca bencana besar dentuman besar dan zaman ice age sebenarnya menurut beberapa ilmuwan sudah tak ada lagi peristiwa purely natural disaster tetapi lebih pada "human-made disaster. Salah satu motivnya adalah persaingan ekonomi akibat meledaknya populasi manusia yang sudah 7 miliar dan akan menjadi 9,7 miliar pada tahun 2050 (beberapa sumber). Kompetisi bebas ini menyebabkan apa yg disebut Garreth Hardin (1968)sebagai tragedy of the commons. Bencana yang akan menimpah baik manusia baik, jahat, atau non manusia.

Hari hari terkahir ini kita saksikan kiamat mini semakin banyak. Sebanyak manusia yang kehilangan kebaikan dan sifat alami manusianya sebagai penjaga dan perawat kesetimbangan hidup. Hanya manusia yang bisa memikirkan ikhwal antisipatif dan emansipatif. Makluk lain tak ada punya. Ini juga salah satu pembeda manusia dengan non manusia. Kalau kita dengar term "manusia tanpa kemanusiaan", manusia tak manusiawi," atau mayat hidup itu adalah akibat faktual dari merosotnya peran manusia sebagai pelestari kebaikan dan selalu mengindarkan mara bahaya. Peran manusia kini digantikan oleh peran korporasi untuk seolah olah berbuat baik dab menjadi pelestari alam semesta dan dalam waktu bersamaan adalah menjadi panitia percepatan hari qiamat.

•Massage from your darkly future

Respon Fauzan A sandiah:

Alasan sederhana mengapa pembangungan dan pertumbuhan ekonomi itu nyaris tak signifikan di tengah krisis ril semacam kemiskinan serta kerusakan alam yang tak perlu jauh-jauh untuk ditunggu atau diobservasi. Uang, memberi nilai material-material tetapi tak pernah menjadi material itu sendiri. Itulah mengapa uang bisa menentukan nilai komoditas tetapi tak pernah bisa mengganti komoditas itu sendiri. Berapapun uang yang dimiliki, kalau tak ada yang menjual bagaimana bisa komoditas muncul?. Maka pertumbuhan ekonomi, tak dapat tunggal, dia harus mengajak kesejahteraan lain untuk duduk bersama, dan membuat sebuah kemungkinan. Terlampau optimis? cuma itu harapan yang membuat kita bangun pagi untuk membaca, menulis, berbagi sesuatu, berbuat sesuatu, dan memaknai kebersamaan yang manusiawi.
Saya jadi ingat kisah Tuan Keuner-nya Bertold Brech. Sebuah mini fiksi menarik soal optimis di tengah suasana yang begitu mencekam. Di mana sebuah bentuk "ketidakberdayaan" melayani fasisme dengan ramah dan berteriak "Merdeka" ketiak si fasisme akhirnya mati karena kemalasannya sendiri.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK