Saturday, September 19, 2015

CONFUCIUS : Simbol Kebijaksanaan Klasik Tiongkok (Sebuah Resensi singkat)



Oleh : Gus Ind (Pegiat RBK)

Dalam dekade awal milenium tak bisa dipungkiri memang film mandarin sempat membanjiri tayangan nasional kita, berbeda dengan saat ini dimana film televisi (FTV) telah tuntas mengambil urutan emas rating dunia hiburan televisi. Serial-serial mandarin yang seperti hilang ini pun tak cukup banyak meninggalkan jejak.

Beberapa saat lalu petualangan kecil saya dimulai antara jejeran kolom folder film pada hard drive, mendapatkan film mandarin di dalamnya menjadi sebuah penemuan tersendiri bagi saya. Sebuah Film berjudul Confusius telah berhasil mendapatkan rasa penasaran saya, terlebih karena rasa nostalgis yang bukan sedikit dengan tontonan mandarin yang sontak dahulu pernah akrab itu, dari sampul film yang berisi pemeran itu hadir seorang dewa judi, Chow yun fat, ketertarikan itu semakin saya dapati, seiring play button pada monitor yang menemukan fungsinya.





***




Judul Film : Confucius
Tahun : 2010
Genre : Historical Biography, Colossal Drama
Produksi : Dadi Century Film (Beijing)



        Untuk sebuah biografi filsuf besar dan ahli pedagog, kali ini Chow Yun Fat tugasnya terlihat lebih berat dibandingkan sekedar peran guru dan dua orang murid jenaka, andi law dan stephen chaw dalam kisah triloginya “God of gamblers”. ditugaskan untuk menggurui 3000 murid, Sebagai pemegang tokoh utama Kong zi, ia merupakan simbol watak dan wibawa kebijaksanaan tiongkok, bukan sembarangan memang.

dalam kisahnya kong zi sang guru besar yang sederhana itu memperoleh keberhasilan total dalam ketentraman wilayah kedinastian. sebuah tawaran yang harus dia terima dan sekaligus menempatkan dirinya menjadi seorang tokoh Polis, ibarat walikota  yang berhasil, sekarang menjadi seorang menteri, semua itu tidak lebih karena kebijaksanaan seorang kong zi.

       Tak bisa dipungkiri dalam perjalannya, kong zi yang humanis harus berseteru dengan berbagai hal di dalam parlemen, terlebih karena ia cendekia yang berprinsip, disana ia harus berhadapan langsung dengan problem yang sarat dengan hal politis. Perseteruan para pemimpin itu semakin menjadi-jadi saat visi kong zi yang tidak sejalan dengan beberapa bangsawan yang berpengaruh disana, bahkan salah seorang jendral pertahanan yang menganggapnya sebagai halangan, hal ini semakin menemui ujungnya saat pemberontakan sang jendral lalim yang mengerahkan kekuatan militer meskipun itu dipatahkan oleh kong zi dan loyalis serta murid-murid padepokan usangnya.

Dalam situasi politik yang terus menekan kerajaan, dan ketidaksukaan para bangsawan kerajaan terhadapnya.  Hal ini pun mnimbulkan kekecewaan tersendiri untuknya, kong zi memutuskan untuk keluar dari kedudukannya di kerajaan lu tempat kelahirannya, dan cukup menjadi seorang guru tapi tak hanya sebagai pengajar ia memilih untuk berkelana dalam menyiarkan ajaran-ajarannya itu sembari menghapus rasa kekecewaan pribadinya terhadap negaranya.


Berkat pengembaraannya inilah sebenarnya, ajaran-ajaran besar yang ia junjung tinggi terwarisi di seluruh tingkok hingga hari ini, Ren Yi   yaitu ; (Ren) kemanusiaan dan (Yi) Keadilan, pesan-pesan tentang pengelolaan negara yang baik dan bermoral (good governance) selalu ia tinggalkan pada setiap negara - negara kecil yang dilewatinya.
mengikuti bagian perkelanaan ini, sebenarnya adalah bagian yang paling memilukan, Hu mei (Sutradara) menekan sisi klimaks dalam pengulasan kisah ini, dimana berbagai kejadian paling buruk, cemoohan dan berbagai pengusiran tak jarang hadir atas ajaran-ajarannya, sampai pada akhirnya kematian salah seorang murid dekatnya yang membuat ia berhulu pulang pada kerajaan lu setelah  puluh tahun berkelana.

          Dalam kepulangnnya kerumah ia masih menyimpan rasa kekecewaan yang dalam membuat ia berniat tak akan menyentuk urusan negara atau soalan politik praktis, untuk mengisi hari tuannya ia memilih hidup sederhana sebagai pedagog, mengajarkan kembali murid-muridnya, dari sanalah banyak lahir karya-karya besarnya.


Pada akhir kisah diceritakan Kong Zi berwafat pada usia73 tahun, karya dan ajarannya hingga hari ini tersebar di seluruh negara dan diterjemahkan diberbagai bahasa, di Indonesia sendiri kita lebih mengenalnya dengan ‘Kong Fu Zi’ atau lebih seringnya ‘KongHuchu’.


Confusius bukan sekedar kitab kuning berisi antologi ‘The Wisdom of Confucius’, Andri wang (2011), Confusius merupakan satu garapan kaleidoskop yang disusun Hu mei dalam drama khas mandarin, mengikuti alur tiap scene pada dasarnya seperti berkutat pada folktale yang tak asing ditelinga. Kisah-kisah di dalam film berdurasi 2 jam ini sarat dengan berbagai kritik khususnya tentang negara dan makna-makna bijak kemanusiaan yang sangat kental dalam perguliran ceritanya, membuat film ini menarik dan layak ditonton untuk semua kalangan.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK