Sunday, September 6, 2015

Langgeng Bungah-Susah (Catatan dari Sekolah Kaweruh Jiwo)



David Efendi
Sejak pagi yang cerah ada suasana guyup dari pegiat RBK terutama pada saat wakil direkturnya, mas Sakir mempertahankan thesisnya di UMY. Lupet, salah satu pegiat RBK berencana mengajak saya menemui pegiat literasi dari Kediri yang sedang di Jogja. Saya pun menyambut gembira sekali terutama istri saya yang juga adik angkatan aktifis literasi dari kediri sesama alumni Mantingan. Tentu hari yang sangat berkesan.
Sejak habis ashar kami pun sudah siap menemui namun om Fauzan ingin ikut sehingga lupet harus agak terlambat menuju rumah Jogokaryan. Tak lupa, dek Hafiz dan Garda pun penuh semangat ingin ikut ke Balong, belakang oasar gabusan dimana TKP pertemuan akan kita datangi. Tepat habis jamaah magrib kita meluncur bareng bareng dari gang kecil di Jogokaryan.
Setelah muter2 bbrpa saat akhirnya ketemu juga padepokan ki ageng surya mataram yang juga sanggar kebudayaan yang dinamai sanggar gajah. Sanggar berbentuk joglo yang dipenuhi perangkat gamelan, gejuk lesung dan akat solawat jawi. Dari penglihatan sekilas ini sungguh asik lokasinya. Tak jauh dari sini juga ada masjid yang terbuka.
Setelah kami disambut hangat oleh teman kediri juga oleh tuan rumah sanggar gajah. Masyarakat sangat guyup tua muda anak anak tumplek di sini. Pak dukuh dan bu dukuh sangat aktif. Pemuda karangtaruna satria bersergam hitam dan ramah. Awalnya saya sendiri bingung ini akan ada perkumpulan apa kok unik suasananya.
Kegiatan pun dimulai dengan 100% bahasa jawa halus, dimulai dari perkenalan budaya dan juga musik gejuk lesung yang dimainkan poro sepuh ibu ibu dipandu pak Sunar al Ghino duet dengan bu Dukuh balong.
Setelah lagu gugur gunung dan sebagaianya lalu diperkenalkan sekolah kaweruh jiwo yang memasuki tahun ketiga. Sekolah ini dimotori olg para profesor psikologi nusantra salah satunya Prof Kuncoro dari UGM. Pesertanya beragam mulai dosen psikologi, tni, pengusaha, mahasiswa dan profesional. Peserta kali ini harus tinggal bersama warga dan mencari makna di dalam masyarakat.
Banyak peserta yang memberikan testimoni setelah mengikuti pembelajaran 4 hari bersama masyarakat. Di dusun ini, ajaran ajaran kepribadian ki ageng suryamentaram dipelajari san dipraktikkan dalam kehidupan sehari hari sebagai bentuk tasawuf yang tepat misalnya "langgeng bungah susah", muler mungkret, dan sistem kepribadian dan mindset damai serta welas asih. Langgeng bungah susah artinya hidup itu isiinya gembira dan susah itu pasti berjalan beriringan sehingga kita tak perlu berlebihan jika senang atau susah. Ajaran Suryamentaram yang latarnya menyamai budha ini dianggap jauh lebih sistematik ketimbang piwulang Ki Hajar Dewantara soal motivasi dalam pembelajaran. Testimoni malam tadi juga dari tokoh taman siswa (dr jiwa, Ki Inung) dan juga dari guru besarbPakualaman, dr pangeran Haryo Tomo. Pangeran Haryo disebut sebut sebagai mantan demonstran tahun 1960an dan kemudian sekarang menjadi juru perdamaian. Peran pentingnya adalah mencari telur apa sejatinya keistimewaan DIY ini).
Kegiatan sekolah kaweruh jiwa angkatan ke-3 ini diikuti oleh peserta sebanyak 20an dan juga diramaikan oleh warga dusun termasuk dihadiri oleh komunitas seni tradisi gejuk lesung yang juara propinsi dan akan masuk ke kompetisi nasional serta komunitas seni selawatan jawi yang anggotanya sudah sangat sepuh tapi ada sebagian kecil masih muda. Kegiatan nampak guyup itu kesan tak terbantakan.
Dari awal kedatanangan, kami diterima pimpinan sanggar gajah dengan hidangan khas kampung: kacang rebus, pisang gepok, srawut, dan kopi teh . memang yang asik adalah kita orang baru ketemu tapi mendapatkan sambutan lahir bathin yang sangat baik. Saya duduk berpindah karena harus ambil dan rekam penampilan kesenian dan dengan begini saya banyak berkenalan dengan warga yang ada di kanan kiri saya.
Di ujung acara, prof Kun memberikan banyak pencerahan dengan memanggil sekitar 10 peserta untuk memberikan kesan dan nilai dari sekolah kepribadian dan tasawuf surya mentaram.
Hampir jam 11 malam, kegiatan ditutup dengan membuat salam baru yaitu salam "langgeng bungah susah" yang merupakan dinamika hidup yang nyata. Susah dan gembira sewajarnya saja karena dua hal itu dekat sekali dan hadir beririingan setiap saat. Baiklah, catatan ini saya akhiri dengan hal yang sama yaitu salam "langgeng bungah susah"

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK