Tuesday, September 8, 2015

Melek: Refleksi sekolah Literasi #1

Oleh: Sakir (Mas Kumis)

Catatan ini hanya sekilas apa yang saya rasakan dan pikirkan tentang “Sekolah Literasi”#1 yang dilahirkan oleh Rumah Baca Komunitas (RBK). Catatan ini tidak akan membahas banyak terkait materi kurikulum yang sudah didiskusikan pada setiap pertemuan. Karena jujur saja saya belum banyak hantam buku hingga saat ini.
Sejak mulai menyusun rancangan konsep Sekolah Literasi hingga pelaksanaanya banyak anugerah yang dapat saya ambil. Berikut ini anugerah yang saya dapatkan saat mengikuti sekolah literasi:

Pertama, pada hari Jumat, 28 Agustus 2015 merupakan pertemuan ke 4 sekolah literasi. Materi yang diskusikan tentang Konsep & Metode Pendidikan kritis dalam gerakan literasi. Om Weik selaku fasilitator membawa diskusi dengan penuh semangat sebagaiman ciri khasnya. Om Weik menjelaskan tentang sejarah pemikiran kritis, gerakan kritis dan aktifis literasi dan Gerakan literasi yang populis/pro-rakyat. Sebelum jauh menjelaskan 3 sub-topik tersebut. Om Weik terlebih dahulu memberikan pertanyaan kepada temen2 sekolah literasi “Apa yang kalian pahami dari kata kritis?”. Om Weik meminta memberikan jawaban dalam satu kata. Waktu ini saya memaknai “Kritis” dengan satu kata yaitu “melek”. Kata “melek” yang saya maksud adalah kita harus melek terhadap berbagai persoalan dimana kita berada. Namun, yang lebih penting adalah “Sejauhmana kita melek terhadap diri sendiri”, sebelum kita melek terhadap apa yang sudah dilakukan orang lain. Kadang tanpa kita sadari atau kita memang sadar, menilai bahwa orang lain belum bisa memanusiakan manusia. Sedangkan kita sendiri lupa atas apa yang sudah dilakukan (apakah yang sudah kita lakukan benar-benar sudah memanusiakan manusia atau justru malah jauh dari konsep tersebut). Perlu kita renungkan…semoga kita menjadi manusia yang senantiasa mengasihi dan menyayangi sesama makhluk ciptaan Tuhan.

Kedua, Kesepakatan bersama Sekolah Literasi. Pertemuan pertama sekolah literasi kita sepakat bahwa desain sekolah literasi yang kita sepakati adalah 1)Santai dan Membahagiakan, 2) Aktif dan Asyik, 3)Menghargai Waktu, dan 4) Saling Menghargai. Perlu kita renungkan kembali “apakah kita semua sudah menjalankan kesepakatan itu?” atau justru melupakan kesepakatan tesebut. Tidak sedikit dari kita yang kurang menghargai waktu dan kadang pegiat rbk justru yang lebih aktif/menguasi saat diskusi sehingga keaktifkan temen2 yang lain kurang terlihat. Kesepakatan bersama tersebut perlu kita renungkan dan jabarkan sehingga benar-benar bisa dinikmati oleh semuanya. Oleh karena itu, pada setiap akhir sekolah literasi perlu dilakukan evaluasi baik dari temen2 sekolah literasi maupun dari temen2 Rumah Baca Komunitas. Sehingga kita dapat mengetahui apa yang dirasakan temen2 sekolah literasi selama mengikuti sekolah literasi dan mengetahui apakah sekolah literasi sudah terlaksana sesuai dengan yang dimpikan oleh Temen2 Pegiat Rumah Baca Komunitas. 
Harapan saya, kita semua tetap komitmen dan konsisten atas apa yang sudah dirumuskan dan disepakati bersama untuk tetap berbagi masa depan salah satunya melalui sekolah literasi. Saya pribadi mohon maaf atas segala kekurangan saya selama pelaksaaan sekolah literasi yang belum banyak membantu baik secara pikiran, tenaga dan lainnya. Terimakasih saya haturkan kepada Cak 
David Efendi David Efendi, OmAhmad Sarkawi, Om Fauzan Anwar Sandiah, Om Unggul Sujati Prakoso, Om Lutfi Zanwar Kurniawan, Kanda Abdullah Zed Munabari, Bung Yoga Mascu, Adikku Agam Primadi, Kakak Vitho Rumarey Wattimena, Gus Indra Pradhanaxs dan semua pegiat Rumah Baca Komunitas serta temen2 sekolah literasi.
Selasa, 08 September 2015
Ruang Referensi Prodi Ilmu Pemerintahan UMY 
(Salah satu tempat favorit saya untuk “Melek atas diri sendiri”)


https://www.facebook.com/syakir.imoet/posts/987998901222820

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK