Thursday, September 3, 2015

Makna Sekolah dalam Sekolah Literasi


Fauzan A Sandiah, Kurator RBK
Istilah “sekolah” dalam kata sekolah literasi bermakna “tempat berbagi”. Tentu saja ada banyak orang yang telah mengusulkan topik seputar pentingnya sekolah literasi. Berbagai kelompok masyarakat juga sebenarnya telah menginisiasi semacam sekolah literasi yang bertopang pada aktivitas membaca, menulis, serta keterampilan budaya lainnya.
Hal itu juga banyak kami temukan dari berbagai individu atau kelompok masyarakat. Kalau mengingat bagaimana upaya-upaya pegiat literasi seperti Almarhum Dauzan Farook, sebenarnya gerakan literasi telah dirintis secara serius dan diam-diam dalam kesunyian tertentu. Dalam rangka untuk mengapresiasi setiap perjuangan masyarakat dalam menggiatkan literasi maka, Rumah Baca Komunitas mengadakan semacam pertemuan rutin khusus untuk membahas seputar gerakan literasi yang disebut “Sekolah Literasi”.
Ada antusiasme tersendiri yang kami rasakan sewaktu menyelenggarakan Sekolah Literasi. Antusiasme itu muncul dari beragam respon menarik selama sekolah literasi berlangsung.
Saya ingin mengemukakan beberapa respon dari teman-teman yang mengikuti sekolah literasi, misalnya Mbak Rosa Kusuma Azhar seorang pegiat dari Komunitas Sedekah Edukatif berkata “saya ingin menemukan beberapa inspirasi dari proses sekolah literasi, semoga setiap orang semakin memperkuat kerja-kerja inspiratif”.
Andi, seorang mahasiswa UAD “menarik sekali membicarakan seputar gerakan literasi, saya ingin tahu bagaimana menjadi seorang pembaca yang bijak?”.
Akil, seorang mahasiswa dari Solo berujar “menurut saya literasi konvesional dan literasi digital atau media harus barengan”.
Ipin, Mahasiswa UMY, “saya ingin tahu bagaimana caranya memilih buku yang baik. Apakah ada cara menghindari buku yang memuat tentang kekerasan?”.
Ucil, Mahasiswa UMY “membaca buku harus dilandasi oleh keinginan belajar, jadi membaca apapun secara kritis itu sangat penting”.
Selama lima pertemuan Sekolah Literasi berbagai diskusi sudah terjadi. Latarbelakang dari tiap parisipan telah memberikan banyak informasi berharga untuk RBK.
Sejak awal Sekolah Literasi tidak didisain semacam klinik atau rumahsakit. Sekolah literasi justru muncul karena keinginan untuk menemukan model gerakan literasi yang berangkat dari proses apresiatif terhadap beragamnya identitas kultural. “Gerakan literasi sejatinya memang sebuah proses transformasi sosial yang mudah dan gampang untuk direplikasikan oleh berbagai orang” kata Cak David di sela-sela obrolan mengenai evaluasi Sekolah Literasi.
Saya kira ada juga catatan penting dari Om Awiek tentang “Sekolah literasi pertama-tama harus berangkat dari kesetaraan dan keinginan untuk mengenal konsep berbagi (sharing) sebagai bagian penting dari gerakan literasi yang berpihak”. Mas Sakir juga menekankan pentingnya perspektif gerakan literasi sebagai “rumahnya manusia”. Maksudnya adalah “tempat dimana semua orang dapat mencoba berkembang dengan caranya sendiri” hal itu saya perolah dari keterangan Mascu, Dollah, dan Lupet. Tiga pegiat RBK ini juga banyak meluangkan waktunya untuk berbicara seputar nilai-nilai kemanusiaan yang harus terus belajar dipraktikkan. Melalui mereka juga saya menemukan banyak hal yang baik.
Semoga kita dapat sharing lagi.


1 comment:

  1. jika diperkenankan, bolehlah kiranya materi-materi tersebut di share kepada kami (pergipagi@gmail.com)

    ReplyDelete

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK