Wednesday, December 2, 2015

KillDJ Dan Problem Ekologi

David Efendi



Beberapa pekan lalu saya tergerlitik oleh lagu yang disetel teman di siang nan panas. Lagu itu asik memang, judulnya bagaikab air besutan Marzuki Atau yang akrab dipanggil KillDJ. Sempurna lirik ini mengapresiasi kebaikan walau kecil dan membangun optimisme publik bahwa masih ada manusia yang semangat menabur benih kebaikan.
  

Keterlibatan killDJ dalam kampanye ekologi memang tak bisa dianggap enteng seperti #jogjaoradidol, #rembangmelawan dan #jogjaasat. Jadi lagu bagaikan air ini sangat inspiratif dan menguatkan. Lalu apa?


Setelah mendengar lagu itu saya kemudian searching di internet mengenai lagu ini. Mengagetkan sekali, lagu ini adalah "iklan aqua alias penjahat ekologi yang bernama danone". Ini tentu menguji nalar kritis kita terlebih semakin banyaknya penjahat lingkungan kampanye perlunya menjaga lingkungan hijau. Ada persoalan pertempuran "citra" dari ratusan korporasi yang melakukan eksploitasi terhadap alam.

Beberapa petaka yang pernah diakibatkan perusahaan Danone di republik ini adalah nyata. Ada perang berebut air antara petani dan perusahaan aqua di Klaten misalnya. Ada keserakahan tak manusiawi dibalik komodifikasi air yang notabene bukan barang komersiil. Konvensi dunia menyatakan bahwa air adalah hak semua manusia sebagai barang publik.



Kasus killDJ itu bukan kasus pertama. Banyak upaya kooptasi kepentingan melalui penguasaan terhadap media termasuk kepada musisi dan seniman. Mereka tak berada di ruang bebas nilai dan kepentingan. Mereka terus menerus digempur oleh pragmatisme. Seberapa daya tahan itulah yang menentukan akan jatuh pada kubu kuasa kapital atau kuasa akal sehat.



Dalam ilmu psikologi ada fenomena yang disebut split personality dan ternyata ini cukup pas bisa dikaji sebagai upaya nalar atas tragedi yang menimpa organisasi sipil termasuk kelompok seniman. KillDJ menolak jogja didol dan pembangunan hotel di kota jogja. Ia juga menolak digusurnya ruang publik milik publik, tetapi dalam iklan aqua ia juga mendukung secara tidak langsung eksploitasi oleh perusahaan danone yang juga mnyebabkan asat di lokasi lainnya. Apakah ini secara spekulatif dapat dianggap sebagai keterbelahan kepribadian? Atau ini kemampuan killdj membangun strategi dan aliansi dari dalam?



Sebelum masuk ke ranah analisis komprehensif perlu kita lihat latar sepak terjang killDJ. Secara politis punya pengalaman terlibat dalam gerakan keistimewaan dan juga mendukung jokowi jk dalam lagunya yang populer jelang pilpres 2014 silam. Sebagai kontribusi musisi atas konstelasi politik di aras lokal dan nasional itu bukanlah sesuatu yang negatif. Kekuatan kritis lewat musik pasca terpilihnya jokowi jk adalah suatu keniscayaan sebagai bagian dari komitmen. Ini bagian dari upaya membangun kedaulatan politik di level grassroot.


Keterlibatan dalam kampanye korporasi sebesar danone akan mengantarkan situasi kompleksitas ideologi politik dalam tubuh pelaku. Tak mudah menjelaskan skema ini secara sederhana tetapi dimensi etika kolektif sbagai salah satu pendekatan ekologi bisa membantu menjelaskan pilihan killDJ.


Sayang sekali pasca pilpress dan rezim trisakti bergerak tak ada koreksi lagu yang mendorong jokowi bekerja lebih baik. Praktik volunteer mengepung istana justru menjadi negatif dalam dunia media pemberitaan. Beberapa lirik lagu jokowi jk dapat dibacai disini:
http://jokowidiary.blogspot.co.id/2014/06/marzuki-kill-dj-bikin-lagu-untuk-jokowi.html?m=1

Bagaimana iklan aqua etis?

Lirik lagu killdj ini luar biasa http://lirik-lagu-dunia.blogspot.co.id/2015/08/lirik-lagu-marzuki-bagaikan-air-iklan.html?m=1 dan ini adalah mantra untuk aqua danone bahwa mereka dikampanyekan telah banyak melakukan kebaikan dalam program CSR yang dipublikasi besar di media nasional.


Bagaimana nalar kritis melihat fenomena ini ? Saya sangat perlu pandangan dari para pegiat sosial pembaca di sini untuk bahan menulis lebih baik, lebih dapat dipertanggungjawabkan.


Dari geneologinya, Marzuki lahir dan dapat dikatakan sebagai orang klaten--dimana salah satu perusahaan air minum aqua dari danone juga berada di salah satu desa di klaten. Pilihan nama Marzuki sebagai iklan kampanye aqua bukan tanpa dasar pertimbangan yang matang. Dalam perspektif politik, dipilihnya marzuki dapat menjadi alat efektif untuk membungkam kelompok oposisi di klaten yang menolak industri air aqua di klaten yang merugikan petani dlm jangka panjang dan multdimensional. Penggunaan counter revolution dari orang lokal telah banyak dibuktikan efektifitasnya. Hal serupa terjadi di Rembang, Pati, Blora yaitu politik devided at impera: politik pecah bambu.


Dalam perang menolak bencana ekologi adalah istilah global ethics agar pelaku korporasi yang verbisnis lingkungan mengembalikan nafsunya pada etika global. Salah satu etika global itu adalah sustainibility development yang juga berhasil dibajak oleh kapitalis global.


Etika global lainnya yang mesti dibangun adalah dari kekuatan agama agama. Perlu diupayakan sejenis fikih etika agama toward berbagai ancaman bencana ekologis. Ini hanya salah satu pendekatan saja jika agama masih punya kekuatan penjaga moral ekonomi manusia agar tak rakus dan merusak.


Ada juga pendekatan Zizek saya kira bisa membantu mengurai pentingnya "mahkamah ekologi global" di akhir zaman ini. Pbb sepertinya tak sanggup menjadi hakim di saat penguasa institusinya terlibat dalam skandal kejahatan ekologis. Zizek menawarkan keadilan global terhadap negara atau kelas yang dieksploitasi oleh rezim kapitalis.


Tulisan ini tak menawarkan resep generik. Kayak tak ada jalan pulang? Ya ini yang menuntut kita terus bergerak mencari resolusi dan membangun kesadaran aksi refleksi baru.



Penulis adalah pegiat di Rumah Baca Komunitas |www.rumahbacakomunitas.org

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK