Thursday, December 17, 2015

Warga Berdaya (part 1)


Sempat tertunda beberapa pekan ingin menulis ihwal "warga berdaya" lantaran kesan saya yang mendalam atas sepak terjang beberapa individu di jogja khususnya Dan di beberapa belahan bumi manusia lainnya. Keberadaan individu yang berani, otonom, Dan melek situasi sekitar ini suatu keniscayaan. Laiknya nabi, setiap zaman diutus untuk melakukan kebajikan Dan mencegah kerusakan.
Eksistensi individu atau komunitas berdaya ITU adalah bagian dari anti thesis atau sintesis dari pertarungan kuasa kapital, hegemoni budaya, Dan juga kekuasaan politik. Situasi praktik kekuasaan akhir akhir ini terus mengalami pembusukan atau fenomena yang disebut Fukuyama dalam buku
terakhirnya sebagai political decay. Warga berdaya yang eksis di ruang sunyi sangat beragam dapat kita temui srperti seniman, musisi, aktifis graffiti, guru, prnulis, pegiat komunitas Dan lain lain. Tidak semua populer yang dijadikan orientasi. Ada beberapa ekspresi warga berdaya yang mendapat tempat lebih di media (TV atau Koran). Tapi, kita haruslah berusaha memberikan kredit yang sama bagi semua orang, terutama berdaya tetapi masih voiceless. Ada prakondisi tertentu yang dapat memicu adrenalin keberanian ( courage).
Istilah "warga berdaya" ini sangatlah menarik apabila kita telusuri padanan kata ini Dan juga filosofi yang mendasarinya. Di dalam ilmu politik Dan pemerintahan kontemporer dikenal juga istilah partisipasi yang hidup di alam demokrasi di mana kekuasaan didasarkan pada kuasa orang banyak atau warga negara. Di dalam mekanisme control Dan pengambilan keputusan diserahkan kepada kehendak umum. Di sinilah citizen power menemukan konteks filosofisnya--kekuasaan di tangan rakyat Dan pelaksanaan kuasanya diwakilkan pada lembaga rakyat (demokratis). Namun demikian, tidak semua orang berkenan untuk diwakili. Beberapa fenomena di kota jogja menunjukkan ada ketidakpuasan terhadap apa yang diperjuangkan DPRD. Soal menjamurnya hotel, misalnya, warga jogja tak berharap pada inisiatif lembaga demokratis bernama DPRD.
Keberadaan individu berdaya adalah bagian tak terpisahkan Dari dinamika perdaban suatu bangsa di mana pun. Sistem politik otoriter atau sistem ekonomi yang eksploitatif kedunya memicu munculnya individu atau kelompok yang berani menggalang perlawanan atau menjadi counter dominasi dengan beragam cara. Dalam buku Crashaw Dan Jackson yang berjudul small act of resistance telah dipotret puluhan kasus perlawanan kecil yang meraih kemenangan gemilang. Sayang sekali, dalam buku Jackson tersebut tak dipotret kemenangan petani majalengka Dan orang samin dalam melawan dominasi kolonial belanda. Bengkel sastra Rendra pun dapat dipotret sebagai komunitas berdaya yang berani bersuara menggalang absolutisme orde baru.
Pada kasus mutakhir, keberhasilan warga berdaya menolak rencana pembangunan hotel di prawirotaman Dan warga miliran menyegel hotel fave serta kontribusi Elanto menghentikan keangkuhan oengendara motor gede (moge) adalah serangkaian ekspresi yang menakjubkan. Tentu, kalau saja Crashow Dan Jackson lihat ini akanlah dimuat dibukunya.
Sedikit berbeda kasus di negara maju. Definisi warga berdaya atau meminjam bahasa David Rothkopf (2012) disebut super citizen ditekankan pada kemampuan basis econominya. Para CEO perusahaan raksasa atau korporat kakap inilah yang menempati kelas warga berdaya. Negara yang membutuhkan orang super kaya untuk menjalankan pemerintahana, bukan sebaliknya. Hal ini pernah diperlihatkan Dari statement seorang CEO Wallmart "...we do not wait for the government to solve the problem." (Rothkopf, 2012:295).
Situasi ini mengantarkan Amerika practically bukan negara demokrasi sebagaimana yang ditulis oleh media barat, tetapi justru mempraktikkan sistem politik poliarchy (Palast, 2010) dimana berlaku adagium the best democracy money can buy.
Dua kasus di atas memperlihatkan perbedaan bagaimana modal warga berdaya. Di negara "dunia ketiga" warga berdaya digerakkan oleh kesadaran, keberanian, daya tahan atau ketegaran, dan kecerdikan sementara di negara maju kekuatan Dan bargaining entitas warga berdaya ditentukan oleh penguasaan basis material (ekonomi, finansial power). Saya kira tulisan ini masih terkait urban literacy campaign untuk merawat Dan menyuburkan kekuatan lokal dalam diri warga berdaya. Selamat pagi, semoga manfaat. 

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK